Anak Tuna Rungu dan Pengenalan Konsep Bahasa yang Tepat (Bagian 4)
Setelah tiga artikel sebelumnya telah membahas mengenai pengenalan konsep bahasa yang tepat bagi anak tuna rungu, selanjutnya kita akan membahas tentang batasan yang juga harus diketahui untuk pengenalan kata bagi anak tuna rungu.
Jika pada bahasan yang lalu kita juga telah membahas cara yang paling efektif untuk mengenalkan bahasa isyarat pada anak tuna rungu adalah dengan mengubah kata tersebut menjadi gambar, kali ini yang akan kita bahas adalah batasan atau aturan jika kita ingin menterjemahkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa gambar.
Batasan tersebut antara lain sebagai berikut, jika kita ingin mengubah kata dalam bahasa Indonesia menjadi bahasa gambar, maka kata tersebut harus berupa kata benda atau kata kerja tertentu yang mempunyai ciri khusus atau dapat diidentikkan dengan bentuk tertentu. Misalnya seperti kata benda kelinci dapat diubah menjadi bahasa gambar dengan menunjukkan ciri khusus hewan tersebut. Kata kerja ‘menulis’ juga dapat langsung ditunjukkan arti kata itu dalam gambar.
Batasan kedua yang perlu diperhatikan, banyak kata dalam bahasa Indonesia yang menggunakan imbuhan, sisipan dan awalan misalnya kata menggambar atau memakai. Agar kata tersebut tidak membingungkan bagi anak tuna rungu, maka awalan, sisipan atau imbuhan pada sebuah kata tidak digunakan. Pengenalan kata bagi anak tuna rungu hanya menggunakan kata dasarnya saja seperti kata gambar dan pakai.
Selanjutnya batasan ketiga, pada dasarnya semua kata benda dalam bahasa Indonesia dapat langsung digambarkan sesuai dengan makna katanya. Namun, ada pula beberapa kata benda yang tidak ada bentuknya namun tetap dapat digambarkan sesuai dengan makna katanya, terutama untuk kata-kata yang berhubungan dengan ekspresi Contoh dari kata tersebut adalah yang berkaitan dengan ekspresi manusia seperti marah, atau sedih.
Kata-kata tersebut dapat digambarkan dengan langsung mengekspresikan (menggunakan mimik wajah) kata yang dimaksud. Contoh kedua adalah kata-kata yang berkaitan dengan keterangan waktu, misalnya pagi, siang dan malam. Cara untuk menggambarkan kata tersebut adalah dengan menggunakan warna, seperti warna gelap untuk malam hari dan warna terang untuk siang hari. Dapat juga dengan menambahkan ciri benda-benda yang ada dalam waktu-waktu tersebut (bintang pada malam hari dan matahari pada siang hari). Sedangkan untuk kata-kata yang berkaitan dengan sifat-sifat stuktur seperti keras, halus, dapat digambarkan dengan menggunakan teknik tebal dan tipis pada gambar.
Batasan yang keempat yaitu dalam bahasa Indonesia terdapat juga kata-kata yang sulit untuk digambarkan dalam bentuk tertentu, seperti kata-kata yang tidak berbentuk contohnya Tuhan atau kata yang tidak berbentuk namun dapat dirasakan dengan indra misalnya: bau-bauan dan udara. Ada juga kata konotasi seperti ‘panjang tangan’ atau ‘tangan besi’. Untuk kata-kata dalam bahasa Indonesia yang termasuk dalam kriteria tersebut perlu menggunakan gambar-gambar tambahan yang berfungsi untuk memperjelas makna dari kata-kata tersebut.
Informasi mengenai batasan atau aturan jika dalam menterjemahkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa gambar ini merupakan bahasan terakhir pada pengenalan konsep bahasa yang tepat bagi anak tuna rungu. Semoga dengan mengetahui keseluruhan dari bahasan tentang konsep bahasa bagi anak tuna rungu dapat membantu kita untuk memilih cara dan metode yang tepat untuk mengenalkan bahasa bagi anak tuna rungu.
Dan bagi orang tua atau pendamping yang mengalami kesulitan atau justru memiliki metode lain dalam mengenalkan bahasa isyarat pada anak tuna rungu, bisa sharing atau berbagi informasi melalui kolom komentar yang ada di bawah artikel. Semoga bermanfaat.
Sumber gambar : http://www.lrngo.com/languageimages/Learn-Sign-Language.jpg