Pendidikan Merupakan Hak Semua Warga Negara Indonesia

Pendidikan Merupakan Hak Semua Warga Negara Indonesia

Yasmin anak cerebral palsy berprestasiPendidikan adalah hak bagi semua warga negara tanpa terkecuali untuk penyandang disabilitas. Bahkan hak untuk mendapatkan pendidikan ini diatur oleh pemerintah di dalam undang-undang yang dikuatkan dengan adanya Konvensi Hak Penyandang Disabilitas oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang juga diadopsi oleh aturan pemerintah Indonesia.

Meskipun pada pelaksanaannya tidak mudah bagi penyandang disabilitas untuk bisa mendapatkan akses pendidikan di negara ini, tetapi dengan kesungguhan dan usaha untuk maju, tentu akan ada jalan untuk bisa belajar dan mengenyam pendidikan. Pengalaman inilah yang juga dialami oleh Yasmin Azzahra Rahman.

Yasmin Azzahra Rahman atau yang biasa dipanggil Yasmin adalah seorang anak cerebral palsy yang memiliki semangat dalam menjalani hidup meski dengan keadaan yang berbeda dengan anak lain. Yasmin sangat ingin bersekolah untuk bisa mendapatkan pengetahuan dan bisa mengakses informasi yang terus berkembang. Semangat inilah yang kemudian membuat orang tua Yasmin mulai terdorong untuk mencarikan sekolah untuknya pada tahun 2006 silam.

Di dalam prosesnya, tentu tidak mudah bagi orang tua Yasmin untuk mendapatkan sekolah yang bisa menerima Yasmin karena biasanya banyak sekolah formal yang menolak dengan alasan kondisi fisik Yasmin. Keadaan ini hampir membuat orang tua Yasmin putus asa untuk memberikan pendidikan bagi putrid tercintanya.

Sampai pada akhirnya ada salah seorang terapis Yasmin yang membeikan informasi mengenai sekolah Taman Kanak-kanak yang bisa menerima anak berkebutuhan khusus, namanya TK Syaidah. Berangkat dari informasi ini, orang tua Yasmin menindaklanjuti untuk mendaftarkan Yasmin ke sekolah tersebut dan akhirnya Yasmin bisa mendapatkan pendidikan di sekolah Taman Kanak-kanak tersebut. Mulai dari sekolah inilah Yasmin belajar dan mengenal pendidikan dan juga bersosialisasi dengan teman-teman yang lain.

Setelah setahun bersekolah di TK Syaidah, maka dimulailah perjuangan baru bagi Yasmin dan orangtuanya untuk bisa mendapatkan sekolah baru yang mau menerimanya ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Seperti pada saat mencari sekolah Taman Kanak-kanak, orangtua Yasmin juga merasa kesulitan untuk bisa menemukan sekolah yang mau menerima Yasmin dengan kondisi fisiknya.

Dengan perjuangan dan bekal informasi dari orang-orang di sekitar, orangtua Yasmin menemukan sebuah sekolah yang mau menerima Yasmin yaitu SD Cipete 4. Di sekolah ini Yasmin merasa sangat bersyukur dan senang karena memiliki banyak teman yang mau bergaul dan memperhatikan Yasmin.

Selama bersekolah di SD Cipete 4 tersebut, Yasmin banyak mendapatkan pengetahuan seperti yang didapat anak-anak seusianya secara umum dan juga memiliki pengalaman yang lebih dalam bersosialisasi dengan komunitas yang lebih besar. Hal ini menjadikan Yasmin sebagai pribadi yang lebih percaya diri dan berani dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.

Pindah Sekolah ke Belanda

Pada tahun 2010, ayah Yasmin mendapatkan kesempatan yang luar biasa untuk melanjutkan studi doktoralnya di Belanda. Pada tahun tersebut Yasmin dan adik-adiknya terpaksa pindah ke Belanda dan harus meninggalkan SD Cipete 4 tempat dimana dia belajar pada saat itu.

Sebuah pengalaman yang sangat berharga bagi Yasmin untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda dari Indonesia, Yasmin menuturkan bahwa fasilitas pendidikan bagi penyandang disabilitas di Belanda sangatlah bagus. “Di sana akses pendidikan sangatlah terjamin dan aksesibel untuk penyandang disabilitas. Sekolah di Belanda dirancang agar penyandang disabilitas bisa mandiri, sehingga fasilitas yang ada seperti kamar mandi dan fasilitas makan semuanya sudah dibuat sangat sesuai dengan kebutuhan penyandang disabilitas,” ujar Yasmin.

Yasmin juga menambahkan bahwa sekolah di Belanda juga memberikan akses terapi kepada murid-muridnya. Diantaranya adalah fisioterapi, okupasi terapi, terapi wicara, dan hidroterapi untuk meningkatkan kemampuan fisik serta mengurangi gangguan secara fisik. Kelebihan lain yang dimiliki sekolah di sana adalah adanya fasilitas mobil yang bisa antar jemput setiap hari dari rumah kemanapun kebutuhan Yasmin semisal ke sekolah, rumah sakit, tempat pengajian dan lainnya. Kesemua akses ini, menurut Yasmin disediakan oleh pemerintah setempat. Dengan pengalaman berharga ini, Yasmin sangat bersyukur dan merasa senang karena baru pertama kali ini dia merasa sangat diperhatikan oleh pemerintah.

Kembali ke Indonesia dan Masuk Kelas Inklusi

Setelah ayahnya menyelesaikan program studi doctoralnya, tidak terasa Yasmin sudah menginjak usia SMP. Dan saat itu pula dia harus kembali ke Indoensia. Sesampainya di Indonesia, dinamika dan proses mencari sekolah yang mau menerima Yasmin kembali lagi terulang. Dan lagi-lagi dengan usaha yang kuat dari orangtuanya, Yasmin dapat meneruskan sekolahnya di SMP Khusus Spectrum, dan sekarang Yasmin sudah bersekolah di SMA Al Mubarak. Di SMA Al Mubarak ini, pada awalnya Yasmin masuk ke dalam kelas khusus untuk ABK, tetapi mulai dari bulan November tahun 2015 ini, Yasmin sudah dipindahkan ke dalam kelas inklusi.

Bergabung dengan kelas inklusi juga memberikan pengalaman baru bagi Yasmin, dimana dia juga bergaul dengan anak-anak sebayanya dengan berbagai latar belakang berbeda dengan kondisi fisik yang tidak mengalami gangguan. Hal ini tidak menjadikannya minder, tetapi malah membuatnya termotivasi untuk bisa berprestasi lebih bersama dengan teman-temannya. Selain itu, kelas inklusi ini juga menjadikannya banyak belajar bersosialisasi dan berdinamika dalam komunitas besar yang menjadikannya lebih senang dan bangga.

“Pengalaman ini membuat saya banyak berefleksi dan berharap agar pendidikan yang ada di Indonesia bisa seperti apa yang saya rasakan ketika di Belanda. Saya ingin pemerintah Indionesia bisa memberikan fasilitas dan sarana pendidikan untuk penyandang disabilitas dengan lebih mudah dan aksesibel. Karena menurut saya dengan akses yang mudah ini akan memudahkan penyandang disabilitas bisa menjadi lebih mandiri serta meningkatkan kemampuan diri kami,” katanya.

Yasmin juga berharap bagi anak-anak yang mengalami kondisi disabilitas seperti dirinya agar tetap memiliki motivasi untuk mengenyam pendidikan dengan dukungan dari orang tua yang tidak kenal lelah. Menurutnya, dengan usaha yang keras dan pantang menyerah, kesempatan itu pasti ada meskipun belum sebagus negara lain.

Semoga apa yang diharapkan Yasmin ini bisa terwujud sesuai dengan apa yang sudah tertulis di dalam undang-undang pemerintah, sehingga memang pada akhirnya bahwa pendidikan itu adalah untuk semua kalangan dan khususnya bagi penyandang disabilitas agar lebih mandiri dan bermakna bagi masyarakat maupun negara.

Love my life with Disability

Love Cerebral Palsy

(Ditulis oleh Yasmin Azzahra Rahman dan diceritakan ulang oleh tim Bisamandiri.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *