Cerebral Palsy Bukalah Halangan untuk Berkarya dan Bermakna

Cerebral Palsy Bukalah Halangan untuk Berkarya dan Bermakna

Pasien cerebral palsy yang menjadi pengrajin batik celup Cerebral Palsy merupakan sebuah kondisi dimana ada kelumpuhan dalam sel otak yang menyebabkan adanya gangguan di dalam fungsi tubuh. Istilah ini terkadang membuat orang yang mendengarnya akan beranggapan bahwa Cerebral Palsy adalah sebuah kondisi yang akan sangat sulit bagi seseorang untuk bisa bermakna dalam kehidupan.

Tetapi, apakah benar seperti itu? Tentu tidak, setiap anak atau pasien dengan Cerebral Palsy pasti memiliki caranya sendiri untuk dapat bermakna dalam kehidupannya sehari-hari dan salah satu pasien Cerebral Palsy yang bisa tetap berkarya dan bermakna bagi hidupnya adalah Fetri Wahyuni.

Fetri Wahyuni adalah seorang anak dengan Cerebral Palsy namun memiliki semangat yang luar biasa untuk tetap berkarya dengan keterbatasan fisik yang Ia miliki. Fetri yang saat ini bersekolah di salah satu Sekolah Luar Biasa di daerah Nanggulan Kulonprogo ini mampu membuat sebuah karya berupa batik ikat celup yang membuat orangtua, guru dan dirinya sendiri bangga.

Fetri yang juga bercita-cita menjadi penulis ini pernah mengatakan bahwa apa yang dicapainya saat ini adalah sebuah perjuangan yang tidak mudah. Dahulu Fetri masih minder jika harus muncul di tempat umum, karena merasa malu dengan kondisi fisik yang sulit untuk berjalan dan harus menggunakan walker.

Hal tersebut terungkap dari curahannya “Setiap orang sudah pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu pula denganku. Sebagai anak difabel, terkadang rasa minder itu muncul saat berada di tempat umum, karena sering kali banyak orang yang melihat dan memandang ke arahku, dan itulah yang membuatku risih dan kurang nyaman,” kata Fetri ketika ditemui tim Bisamandiri.com.

Batik celup karya Fetri WahyuniPerasaan negatif tersebut mempengaruhi Fetri sehingga membuatnya menjadi pribadi yang kurang bisa bergaul dengan orang lain dan menutup diri. Seiring dengan kedewasaannya, Fetri mulai menyadari bahwa apa yang dirasakannya tersebut tidak akan pernah membuatnya berkembang dan hanya akan menjadikannya pribadi yang pasif. Dimulai dari kesadaran tersebut, akhirnya Fetri mulai membuka diri dan mencoba untuk mulai bersosialisasi dan bertemu dengan orang-orang baru.

Tidak mudah baginya untuk memulai hal yang baru dan mencoba untuk melawan ketidaknyamanan, tetapi hal ini berhasil dilakukan Fetri. Sampai pada akhirnya dia sangat menikmati untuk bertemu dengan orang baru dan mengambil hal-hal positif dari setiap obrolan yang terjalin, meski hanya sekedar untuk bertukar pikiran. “Ternyata setelah aku berpikir dan bertukar pikiran dengan orang lain, aku bisa mengambil pesan positif dari mereka,” begitu ujarnya.

Fetri juga mengatakan beberapa pesan positif yang dapat diambil antara lain Ia harus menyadari untuk selalu bersyukur meski memiliki kekurangan. “Aku bersyukur karena masih bisa bersekolah, menulis, membaca dan beraktifitas di lingkungan rumah,” ucapnya. Hal ini menguatkan bahwa di tengah dinamika dengan dirinya sendiri, Fetri merasa bersyukur karena dirinya masih bisa bersekolah seperti anak lain sehingga Ia bisa membaca dan menulis, bahkan bisa untuk jalan-jalan keluar rumah dan mengenal lingkungan sekitar.

Bagi Fetri, dukungan keluarga juga merupakan sebuah hal yang paling utama baginya menjalani kehidupan. Penerimaan dari ayah, ibu, saudara dan keluarga adalah motivasi utama bagi dirinya untuk bisa mengembangkan diri melalui sekolah maupun ketika berkarya.

“Aku juga sangat bersyukur karena orang-orang di sekitarku dapat menerima kehadiranku di sekitar mereka. Karena di luar sana masih banyak anak-anak yang tidak seberuntung aku, ada yang tidak bisa membaca dan menulis karena mereka tidak dapat bersekolah. Ada yang karena tidak memiliki biaya ada juga karena hanya bisa terbaring di tempat tidur,” ungkap Fetri.

Bagi teman-teman penyandang disabilitas yang lain, Fetri menegaskan kembali bahwa minder adalah sebuah hal yang akan membuat tidak berkembang dan malah akan membuat semakin terpuruk. Keminderan adalah sebuah hal yang akan membuat setiap orang menjadi rugi baik dalam organisasi dan berosialisasi, dan yang bisa menghilangkan rasa minder itu adalah diri sendiri. Baginya, dengan berkarya merupakan sebuah pembuktian bahwa Cerebral Palsy bukanlah halangan untuk maju dan bermakna. Semangat untuk maju dan disabilitas bukanlah halangan!

Diolah dari tulisan Fetri Wahyuni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *