Perjuangan Seorang Ayah untuk Putrinya yang Cerebral Palsy

Perjuangan Seorang Ayah untuk Putrinya yang Cerebral Palsy

Perjuangan Seorang Ayah untuk Putrinya yang Cerebral Palsy

Awalnya tak mudah bagi Tan Po Tiong untuk menerima kenyataan bahwa putri kecilnya memiliki kebutuhan khusus. “Marsha Lestanto lahir pada 05 Maret 1998, pada waktu lahir Ia prematur dengan berat badan 16 ons. Setelah lahir Marsha dirawat di inkubator selama 2 bulan,” ucap ayah Marsha membuka perbincangan kami.

Ketika usianya 10 bulan, Marsha sempat dirawat kakek neneknya di Jakarta dan diperiksakan ke RSCM Jakarta namun hasil cityscan serta tes biral kesimpulannya Marsha dalam kondisi normal hanya saja mengalami keterlambatan tumbuh kembang.

“Pada usia 2 tahun saya membawa pulang marsha ke Jogja dalam kondisi belum bisa berjalan, Marsha berjalan di usia 4,5 tahun. Di usianya yang ke 3 tahun, saya bertemu dengan dokter syaraf yang pertama kali mengatakan bahwa Marsha menderita Cerebral Palsy,” kenangnya sembari terus menguatkan hati.

Setelah bisa berjalan, Tan Po Tiong pernah memasukkan Marsha di sekolah SLB Negeri di Bintaran, Yogyakarta. “Suatu ketika Marsha mogok tidak mau sekolah. Info yang saya dapatkan ternyata Marsha dikagetkan temannya dengan membanting pintu ketika Ia balik dari toilet. Saat itu Ia menangis di sekolah dan menjadi tontonan seluruh anak sekolah. Setelah itu Ia malu dan mogok sekolah selama 2 tahun,” tutur Tan Po Tiong.

Hingga suatu hari pelanggan bengkel Tan Po Tiong menanyakan bagaimana kondisi putri tercintanya. Dari obrolan tersebut, Tan Po Tiong diperkenalkan dengan salah satu staf PRY (Pusat Rehabilitasi YAKKUM) Yogyakarta untuk menjadi guru les Marsha.

“Awalnya Marsha les di rumah, dan setelah guru lesnya mengetahui bahwa Marsha bisa diboncengkan dengan sepeda motor, saya ditawari untuk menyekolahkan Marsha di YAKKUM. Saya coba membawa Marsha sekolah disana dan sampai saat ini Marsha senang sekolah di YAKKUM dan bisa dikatakan tak pernah absen sekolah seharipun,” ungkapnya.

Dengan bimbingan orangtua dan pendidikan yang Ia dapatkan di YAKKUM, saat ini Marsha bisa belajar mandiri untuk melakukan aktivitas sehari-hari. “Secara umum Marsha sudah bisa mandiri, yang belum bisa dilakukan sendiri hanya mandi. Untuk buang air kecil bisa sendiri, mengenakan baju dan celana bisa sendiri. Memakai sepatu juga bisa sendiri, tetapi bukan yang sepatu tali,” terang ayah Marsha.

Tak lupa ayah Marsha juga berpesan bagi sesama orangtua yang dianugerahi anak berkebutuhan khusus, untuk berusaha mencari informasi maupun kelompok yang memiliki nasib sama untuk mengatasi masalah ini bersama.

“Tidak cukup hanya kasian pada anak Cerebral Palsy, kita harus mencurahkan kasih sayang kita sebesar-besarnya dan mengupayakan semaksimal mungkin apa yang bisa kita lakukan. Untuk masalah hasil akhirnya, biarkan Tuhan yang menyempurnakannya,” pesan Tan Po Tiong untuk rekan-rekannya yang memiliki putra-putri istimewa.

One thought on “Perjuangan Seorang Ayah untuk Putrinya yang Cerebral Palsy”

  1. busari berkata:

    cerita yang sangat menginspirasi,, salut dengan bapak Tan Po Tiong

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *