Penyandang Polio yang Sukses Menjadi Produsen Emping Melinjo

Penyandang Polio yang Sukses Menjadi Produsen Emping Melinjo

Pengusaha difabel produsen emping melinjoMemiliki pengalaman pahit dalam merintis sebuah usaha, ternyata tak menyurutkan semangat Rumiyati untuk bisa hidup mandiri secara financial meskipun kondisi fisiknya kini tak lagi berfungsi secara normal.

Mengalami disabilitas sejak umur 5 tahun, awalnya Rumiyati kecil terlahir dalam kondisi normal namun ketika balita Ia terkena penyakit polio dan sekarang ini Ia mengalami penurunan fungsi pada kedua kakinya sehingga tak lagi mampu berjalan seperti orang-orang lainnya.

“Waktu umur 5 tahun saya sudah bisa berjalan dan beraktivitas normal seperti anak-anak seumuran saya. Kemudian saya sakit panas dan disuntik selama 22 hari setiap hari sekitar 2 suntikan. Tidak hanya itu saja, karena tidak kunjung sembuh saya juga dibawa ke tukang pijat, namun ternyata hasilnya saya sakit polio sehingga tidak bisa berjalan seperti sekarang ini,” ucap Rumiyati ketika menceritakan awal mula dirinya mengalami disabilitas.

Sebelum merintis bisnis emping melinjo seperti sekarang ini, Rumiyati pernah merintis bisnis warung sembako. Namun karena butuh dana besar untuk membiayai kelahiran putra pertamanya, Rumiyati mengalami kebangkrutan usaha.

Tak jera dengan kegagalan yang Ia alami, Rumiyati mulai tertarik belajar membuat emping melinjo secara tradisional. “Awalnya saya menggunakan alat manual beralaskan kayu dan palu. Ternyata respon masyarakat cukup bagus, banyak tetangga yang menggunakan jasa saya untuk mengolah melinjo mereka menjadi emping. Satu kilonya saya dapat upah Rp 5.000,00, waktu itu dalam sehari saya bisa memproduksi emping melinjo sekitar 5 kg,” ungkapnya.

Setelah mengikuti kelompok usaha Sarwoaji, Rusmiyati mendapatkan pendampingan bisnis sehingga sekarang ini bisnis emping melinjo yang Ia rintis mulai berkembang cukup pesat. “Saya ikut pendampingan dari kelompok Sarwoaji. Setiap harinya saya memproduksi emping melinjo secara rutin dan sekarang sudah diambil pembeli dari Purworejo,” kata Rumiyati.

Bagi Rumiyati, walaupun disabilitas namun Ia tidak mau menghabiskan hidupnya dengan menjadi peminta-minta. “Saya punya cita-cita ingin hidup mandiri dan jangan sampai karena disabilitas terus bergantung dengan orang lain,” ujar pengusaha difabel yang sukses menjadi produsen emping melinjo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *