Pendidikan Untuk Anak Berkebutuhan Khusus Disleksia

Pendidikan Untuk Anak Berkebutuhan Khusus Disleksia

Pendidikan untuk anak disleksiaBelum begitu banyak orangtua yang menyadari bagaimana cara memberikan pendidikan yang tepat untuk anak berkebutuhan khusus seperti disleksia serta anak autis. Terkadang justru masyarakat tidak menyadari akan adanya kebutuhan khusus tersebut bagi diri anak maupun orang lain yang ada disekitar mereka.

Disleksia menurut John W. Santrock merupakan satu kategori yang ditujukan untuk anak-anak atau individu yang mempunyai kelemahan cukup serius dalam kemampuannya untuk membaca dan juga mengeja. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kelainan pada area otak kiri yang berfungsi untuk memproses kemampuan berbahasa dan juga mengingat.

Tidak ada obat untuk anak disleksia, karena kelemahan ini merupakan faktor keturunan. Permasalahan utama bagi anak disleksia adalah tuntutan sosial, misalnya saja dalam menggunakan teknologi, ketidakmampuan anak dalam membaca, menulis dan mengingat angka, sulit berkonsentrasi serta menjawab sebuah pertanyaan yang panjang lebar. Oleh sebab itu, maka muncullah stereotip “bodoh” yang dapat berdampak pada psikis anak disleksia dan kehidupan sosial mereka.

Anak disleksia sebenarnya mempunyai rasa ingin tahu tentang apa yang terjadi pada mereka. Namun, ketidaktahuan orangtua dan juga masyarakat bisa menghalangi anak untuk meraih sukses. Orangtua dari anak yang menderita disleksia terkadang tidak paham akan kebutuhan khusus anaknya sehingga mereka tetap menyekolahkan anak disleksia di sekolahan umum. Mereka memaksakan anak mereka untuk belajar seperti anak-anak normal pada umumnya. Hal itulah yang dapat menyebabkan anak disleksia sulit mengikuti proses belajar yang akhirnya tertinggal dalam belajar.

Pendidikan yang tepat untuk anak disleksia

Dalam UU No.20/2003 telah mengatur tentang pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Baik anak disleksia atau anak autis pada dasarnya dapat bersekolah di sekolah umum, namun dengan catatan bahwa orangtua harus lebih peka terhadap kebutuhan khusus anak disleksia. Meskipun anak disleksia tidak dapat disembuhkan tetapi ada berbagai pendekatan yang dapat membuat si anak memaksimalkan potensinya dan bukan hal yang tidak mungkin untuk bisa sukses.

Pendekatan anak disleksia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam membaca, menulis dan juga mengingat terutama huruf dan angka. Orangtua dari anak disleksia bisa mencari bantuan dengan terapis profesional. Selain itu, anak disleksia juga harus tetap diberikan pendampingan dalam belajar dengan cara terus memberikan motivasi, memberikan contoh orang-orang disleksia lain yang telah sukses untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka. Orangtua juga dapat membangkitkan gairah belajar anak dengan hal-hal yang disukai oleh anak, misalnya saja bacaan tentang memasak, berkebun dan lain sebagainya.

Ada 3 model strategi pembelajaran bagi anak-anak disleksia, diantaranya adalah sebagai berikut.

  1. Metode Multisensori

Metode ini mendayagunakan kemampuan visual atau kemampuan penglihatan anak, auditori atau kemampuan pendengaran, kinestetik atau kesadaran pada gerak dan juga taktil atau perabaan pada anak.

  1. Metode Fonik (Bunyi)

Metode yang memanfaatkan kamampuan visual dan auditori anak dengan cara menamai huruf sesuai dengan bunyi bacaannya. Misalnya saja huruf B yang dibunyikan eb, huruf C dibunyikan ec dan lain sebagainya.

  1. Metode Linguistik

Metode yang mengajarkan anak disleksia mengenal kata secara utuh.Metode ini menekankan pada kata-kata yang bermiripan. Penekanan inilah yang diharapkan bisa membuat anak mampu menyimpulkan sendiri pola hubungan antara huruf dan juga bunyinya.

Pada dasarnya, apapun metode yang dipilih untuk anak berkebutuhan khusus tersebut, orangtualah yang menentukan. Karena semua itu terkait dengan tingkat pendidikan serta kemampuan mereka dalam menggali informasi.

Sumber gambar : http://www.forestvilleoptom.com.au/wp-content/uploads/2014/09/dyslexia-low-res.jpg

One thought on “Pendidikan Untuk Anak Berkebutuhan Khusus Disleksia”

  1. febita cendana kusuma berkata:

    Bagaimana dengan anak yg disebut “Diskalkulia” anak yg mengalami kesulitan matematika ? Apakah juga harus berkebutuhan khusus ?

Tinggalkan Balasan ke febita cendana kusuma Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *