Model Pendidikan Khusus Bagi Anak Tunagrahita

Model Pendidikan Khusus Bagi Anak Tunagrahita

Pendidikan anak tunagrahitaProses pendidikan bagi anak adalah hal penting yang perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Bahkan sekarang ini pendidikan sekolah memiliki peran penting dan telah mencakup ruang lingkup yang lebih luas lagi. Pendidikan sekolah memiliki dua aspek penting yaitu aspek sosial dan aspek individual. Disatu sisi, pendidikan ini juga berfungsi untuk mempengaruhi dan menciptakan sebuah kondisi yang memungkinkan bisa membantu perkembangan anak secara optimal. Namun, dipihak lain pendidikan sekolah juga bertugas untuk mendidik anak agar nantinya dapat mengabdikan diri kepada masyarakat.

Memberikan pendidikan tidak hanya diperuntukkan untuk anak normal saja, akan tetapi anak berkebutuhan khusus seperti anak tunagrahita yang memiliki kekurangan fisik juga berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak. Karena bagaimanapun juga keadaan fisik serta mental seorang anak pasti tetap membutuhkan suatu bimbingan demi mendewasakan diri anak di dalam lingkungan masyarakat.

Ada beberapa pendidikan khusus yang disediakan dan diperuntukkan bagi anak tunagrahita, diantara adalah sebagai berikut :

1. Kelas transisi

Kelas transisi ini diperuntukan bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk juga disini adalah anak-anak tunagrahita. Kelas transisi sebisa mungkin berada di sekolah regular, sehingga pada waktu tertentu anak bisa bersosialisasi dengan anak-anak yang lainnya. Kelas transisi adalah kelas untuk pengenalan dan persiapan pengajaran dengan mengacu pada kurikulum SD namun, dengan modifikasi sesuai dengan kebutuhan anak didik.

2. Sekolah khusus (sekolah luar biasa atau SLB bagian C dan C1)

Layanan pendidikan bagi anak tunagrahita dengan model sekolah khusus ini diberikan secara khusus kepada sekolah luar biasa. Dalam satu kelas, biasanya maksimal akan diisi oleh 10 orang anak dengan memberikan pmbimbing atau pengajar yang khusus juga. Dalam satu kelas tersebut, kemampuan antara anak yang satu dengan yang lainnya dianggap sama. Kegiatan belajar mengajar untuk kelas khusus ini dilaksanakan sepanjang hari penuh. Bagi anak tunagrahita ringan bisa bersekolah di SLB-C sedangkan bagi anak-anak tunagrahita sedang bisa bersekolah di SLB-C1.

3. Program terpadu

Layanan pendidikan dengan model terpadu ini diselenggaran di sekolah regular. Anak tunagrahita regular akan belajar bersama-sama dikelas yang sama dengan anak regular lainnya dengan pembimbing guru regular pula. Untuk mata pelajaran tertentu yang membuat anak mempunyai kesulitan dalam belajar, maka anak tunagrahita akan memperoleh bimbingan atau remedial dari guru pembimbing khusus yang didatangkan dari SLB terdekat dan pada ruangan yang khusus pula. Biasanya anak berkebutuhan khusus yang belajar di sekolah terpadu ini adalah anak-anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan, sedangkan yang termasuk dalam kategori borderline adalah anak-anak yang biasanya memiliki kesulitan dalam belajar atau biasa juga disebut dengan lamban belajar (slow learner).

4. Program sekolah di rumah

Program sekolah ini diperuntukan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu atau tidak memungkinkan untuk mengikuti pendidikan disekolah khusus dikarenakan suatu hal, misalnya saja sakit. Program belajar bisa dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB atau dari terapis. Hal ini dapat dilaksanakan dengan kerjasama antara orangtua, pihak sekolah dan juga masyarakat.

5. Pendidikan inklusi

Pendidikan model ini menekankan pada sebuah keterpaduan penuh, menghilangkan labelisasi anak dengan berpegang pada prinsip “Education For All”. Layanan pendidikan inklusi ini diselenggarakan di sekolah reguler. Dimana anak tuna grahita belajar untuk bersama-sama dengan anak regular lainnya, pada kelas dan juga guru atau pembimbing yang sama. Pada kelas inklusi ini, para siswa dibimbing oleh 2 orang pembimbing atau guru, satu guru reguler dan satu lagi guru khusus.

Namun, berbicara mengenai penyelenggaraan pendidikan di sekolah baik itu sekolah yang diperuntukan untuk anak-anak normal maupun anak-anak berkebutuhan khusus tentu saja tidak terlepas dari peran serta guru atau pembimbing dalam melaksanakan proses belajar yang diwujudkan dalam bentuk interaksi belajar mengajar, baik antara peserta didik dengan pendidik, pendidik dengan pendidik lainnya maupun antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya serta lingkungan sekitar.

Sumber gambar : http://nurhidayah26.files.wordpress.com/2012/09/mental-retardation-prevention-iodine.jpg

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *