Mengupayakan Pendidikan Anak Cerebral Palsy

Mengupayakan Pendidikan Anak Cerebral Palsy

Mengupayakan Pendidikan Anak Cerebral Palsy

Pertama kali mengetahui anaknya mengalami Cerebral Palsy ketika Gabriela Magista Ayuningtyas berusia 4 bulan, sejak awal Yayuk berusaha memberikan kasih sayang lebih pada putri pertamanya.

“Waktu itu saya tahu anak saya Cerebral Palsy ketika usia 4 bulan. Harusnya bayi normal usia 4 bulan sudah bisa tengkurap dan megang botol, tetapi anak saya hanya bisa menangis dan terlentang badannya kaku,” kisahnya.

Berbagai cara dan upaya telah dilakukan Yayuk untuk mendapatkan kesembuhan bagi putri tercintanya. “Saya bawa ke RS. Panti Nugroho untuk mengikuti terapi namun belum ada hasil. Selanjutnya saya bawa ke Tumbuh Kembang RS. Sarjito dan didiaknosa mengalami keterlambatan perkembangan dan harus diterapi rutin disana,” ujar Yayuk.

Sebagai orangtua, awalnya Yayuk cukup khawatir dengan kondisi Gabriela. Namun setelah bertemu dengan terapis dan orangtua yang memiliki nasib sama dengan dirinya, Ia mulai termotivasi untuk terus memberikan terapi rutin untuk meningkatkan kemandirian anak.

Sama seperti orangtua lainnya, Yayuk memberikan pendidikan yang terbaik meskipun anaknya memiliki kebutuhan khusus. “Dulu awalnya Gabriela sekolah di YAKKUM sejak umur 5 tahun. Namun dulu Ia masih terus menangis sampai akhirnya keluar dari sekolah dan kembali bergabung pada bulan berikutnya,” ungkap Yayuk ketika ditanya mengenai perjuangannya memberikan pendidikan bagi putri tercintanya.

Meski tak mudah bagi Yayuk untuk membujuk putri tercintanya kembali ke bangku sekolah, namun dengan penuh kasih sayang Yayuk berhasil mengajak Gabriela untuk sekolah di PRY Yogyakarta. “Anak saya sudah sekolah di Pusat Rehabilitas YAKKUM selama 2 tahun. Awalnya sebelum sekolah Ia selalu nangis ketika bertemu dengan orang baru, namun setelah sekolah disini sekarang Ia mulai terbiasa bertemu dengan orang banyak dan bisa bersosialisasi dengan baik,” ucapnya dengan gembira.

Ketika ditanya mengenai motivasinya mengajak Gabriela ke bangku sekolah, Yayuk berujar bahwa Ia ingin putrinya minimal bisa belajar baca dan tulis.“Setelah mengetahui bahwa anak saya Cerebral Palsy, saya tidak berharap banyak dengan anak saya. Saya hanya ingin setelah sekolah di Pusat Rehabilitas YAKKUM, anak saya tidak buta huruf agar tidak mudah diperdaya oleh orang lain,” harapnya.

Bagi orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, Yayuk berpesan agar mampu memperlakukannya seperti anak normal lainnya. “Perlakukan anak Cerebral Palsy atau anak berkebutuhan khusus seperti anak normal lainnya. Berikan kasih sayang secara utuh dan bantuan apa yang mereka perlukan. Jangan malu dengan kondisi ini dan tetaplah bersosialisasi dengan orang-orang normal agar anak kita tidak minder dan orangtua sendiri juga tidak stress dengan kondisi yang dialami,” harapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *