Down Syndrome Butuh Kasih Sayang Dari Orang di Sekitarnya

Down Syndrome Butuh Kasih Sayang Dari Orang di Sekitarnya

Kasih sayang ibu untuk putranya dengan down syndromeMemiliki anak berkebutuhan khusus memang merupakan sebuah anugerah tersendiri bagi setiap orang tua. Dinamika yang dialami pun tidak sama antara satu dengan yang lain, baik secara psikologis maupun dari segi sosial masyarakat. Ibu Maryati adalah satu dari sekian banyak ibu yang memiliki pengalaman tersebut, Ia dikaruniai seorang anak istimewa dengan down syndrome.

Awalnya pengalaman ini cukup sulit Ia jalani. Ibu Maryati yang kesehariannya sebagai buruh, mendapatkan karunia putra ketiga yang bernama Aziz dengan kondisi buah hati yang tidak sama dengan anak lain pada umumnya. “Pada waktu lahir, Aziz lahir dengan kondisi normal seperti kelahiran normal pada umumnya. Dokter yang merawat pada waktu itu sudah memberitahu saya bahwa kedepan anak  ini akan mengalami keterlambatan perkembangan dengan diagnosa Down Syndrome,” jelas Ibu Maryati.

Karena kondisi Down Syndrome tersebut, saat usia Aziz menginjak 3 bulan mulai terlihat adanya perbedaan perkembangan dalam diri Aziz. Perkembangan yang terjadi pada Aziz tidak seperti perkembangan anak pada umumnya. Aziz juga mengalami gangguan di dalam metabolisme tubuhnya, sehingga menjadikannya sulit untuk makan dan memiliki berat badan yang tidak sesuai dengan umur fisiknya saat ini yang sudah menginjak 7 tahun. Perbedaan yang paling terlihat adalah kurangnya daya tangkap Aziz terhadap perintah dan tugas serta kurangnya kemampuan komunikasi kepada orang lain.

Perbedaan yang terjadi pada Aziz ini yang membuat Aziz kemudian banyak dikucilkan di lingkungan rumahnya. “Selama ini tidak ada anak-anak kecil yang seusia dengan Aziz mau bermain dengannya. Terkadang saya merasa sedih dan hanya memperbolehkan Aziz bermain di rumah saja. Banyak teman Aziz tidak mau bermain dengan Aziz karena merasa bahwa Aziz adalah anak yang nakal dan tidak bisa diatur,” katanya.

Down Syndrome Bukanlah Gangguan Kejiwaan

Sampai saat ini paradigma masyarakat pada umumnya memang masih menganggap anak down syndrome adalah anak yang mengalami gangguan kejiwaan. Bahkan banyak yang menyebutnya  sebagai anak yang gila. Tentu hal ini membuat Bu Maryati semakin tertekan ketika harus bersosialisasi di lingkungan masyarakat. Ketidaktahuan masyarakat terhadap kondisi Aziz menjadikan Aziz terdiskriminasi secara sosial.

Merasakan hal ini, Ibu Maryati tidak tinggal diam. Keinginan untuk bangkit dan membela hak anaknya sangatlah kuat. Sampai pada suatu hari Ibu Maryati bertemu dengan salah satu orang tua yang menyekolahkan anaknya di SLB dan dari situ Ia banyak mendapatkan informasi mengenai kondisi Aziz. Hal ini pulalah yang kemudian mendorong Bu Maryati untuk kemudian menyekolahkan Aziz di SLB terdekat.

Dari mulai bergabung dengan SLB ini, Bu Maryati mulai bertemu dengan ibu-ibu lain yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Hal ini menjadikannya mulai terbuka dan menyadari bahwa dirinya tidak sendiri, sehingga memunculkan motivasi dalam dirinya untuk lebih sabar dalam mendampingi putranya.

Ketika di rumah, perlahan-lahan Bu Maryati mulai memberikan kepercayaan kepada Aziz untuk pergi ke warung sendiri untuk membeli sesuatu. Selain itu Bu Maryati juga mulai berani untuk menjelaskan kondisi Aziz kepada tetangga terdekat dan juga anak-anak yang ada di sekitar rumahnya. “Usaha ini belum sepenuhnya membuat masyarakat terbuka, tetapi paling tidak hal ini membuat saya lebih berani untuk bersosialisasi di masyarakat,” tutur Bu Maryati.

Kendati ketika bersekolah Aziz pun belum bisa menangkap apa yang dipelajarinya di sekolah, akan tetapi hal ini tidak membuat Bu Maryati berkecil hati. Sebab, Ia meyakini bahwa Aziz memiliki kemampuan di bidang lain seperti menyanyi dan menari. Perkembangan ini membuat bangga Bu Maryati karena Aziz juga bisa mengembangkan apa yang Ia sukai di sekolah.

Kesabaran, ketabahan hati, dukungan dari ibu-ibu di SLB serta penerimaan terhadap putranyalah yang akhirnya membuat Bu Maryati tetap teguh menjalani kehidupan. Dan satu-satunya alasan merawat putranya dengan penuh kasih sayang adalah agar kelak putra kesayangannya bisa menjalani kehidupan yang normal di lingkungan masyarakat.

Tim Liputan Bisamandiri.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *