Cara Mendeteksi Anak Tuna Rungu Sejak Dini
Mempunyai anak yang terlahir normal dan bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas adalah dambaan bagi setiap orang tua. Namun terkadang, kenyataan yang kita hadapi tidak semuanya sesuai dengan apa yang kita harapkan. Semua tergantung pada kehendak Allah Yang Maha Kuasa.
Meskipun terkadang sebagai manusia kita sulit untuk menerima kenyataan jika ternyata buah hati yang telah kita tunggu-tunggu ternyata lahir dalam keadaan yang tidak normal atau memiliki kelainan seperti anak tuna rungu. Akan tetapi sebagai orangtua, kita harus mampu memberikan kasih sayang yang optimal apapun kondisi yang dimiliki anak kita.
Akan sangat berpengaruh baik bagi anak berkebutuhan khusus jika orangtua bisa mengetahui tentang kelainan yang disandang buah hatinya sejak usia dini. Sehingga orang tua bisa melakukan suatu terapi sejak usia dini pula, baik terapi secara medis maupun pedagogis (terapi non medis).
Terlambatnya memberikan terapi kepada anak berkebutuhan khusus justru akan menambah sebuah kesulitan bagi mereka. Berikut ini adalah beberapa cara mendeteksi anak tuna rungu sejak dini yang sangat sederhana.
Tes dengan menggunakan alat sederhana atau tradisional
Pada anak bayi yang sudah mulai meraban (mengeluarkan suara-suara yang belum memiliki arti) dapat dilakukan tes, karena pada usia tersebut pendengaran seorang anak sudah mulai memegang peranan penting. Caranya dengan mengetukkan sendok atu memanggil anak dengan sebuah panggilan dari sisi samping maupun belakang si anak. Dari situlah orang tua dapat memperhatikan respon yang diberikan oleh anak kepada kita.
Tes menggunakan uang logam
Cara melakukan tes pendengaran menggunakan uang logam adalah dengan mengetukkan uang logam, kemudian Anda dapat melihat respon yang diberikan oleh anak terhadap suara yang dihasilkan dari uang logam tersebut.
Tes pendengaran dengan memanfaatkan suara detik jam
Proses pelaksanaan untuk tes dengan memanfaatkan suara detik jam membutuhkan ruang yang sunyi dan tenang. Anak dapat berdiri disamping tester dengan menutup satu telinga yang tidak di tes, jam diletakkan tepat di dekat telinga kemudian sedikit demi sedikit jam dijauhkan secara horizontal hingga anak tidak bisa mendengar suara detik jam. Berdasarkan penelitian, seorang anak yang tidak dapat mendengar suara detik jam pada jarak 48 inci hingga 16 inci maka anak tersebut dapat dikatakan sebagai anak berekbutuhan khusus yang memiliki kekurangan dalam pedengaran.
Pada dasarnya, kemampuan berbahasa untuk anak tuna rungu dengan anak normal adalah sama. Pada saat anak masih bayi, perkembangan bahasa dan bicara untuk anak tuna rungu tidak mengalami suatu hambatan, namun pada saat perkembangan anak mulai meraban, anak pastinya akan mulai menirukan suara-suara yang ada disekitarnya dan menirukannya, akan tetapi anak-anak tersebut tidak bisa mendengarkan apa yang telah diucapkannya tersebut.
Karena kondisi itulah, maka anak berkebutuhan khusus atau anak tuna rungu merasa bahwa usaha yang dilakukannya tersebut adalah hal yang tidak ada gunanya sehingga bisa memberikan dampak yang tidak baik bagi anak yaitu mereka akan malas untuk belajar berbicara. Untuk itu, berikanlah respon yang baik pada anak karena jika anak tersebut dibiarkan begitu saja maka kemungkinan besar anak tidak akan bisa bicara atau mengalami kesulitan berbicara sampai usianya dewasa.
Penting bagi para orang tua yang memiliki anak tuna rungu atau para guru untuk ikut berperan aktif dalam melatih anak untuk berbicara secara terus menerus yang tetunya dengan cara bertahap dimulai dari kata-kata yang sederhana sampai dengan kata-kata yang belum pernah didengarnya. Pada prinsipnya, peran orang tua dan orang-orang yang ada disekitar anak tuna rungu sangat berguna untuk membantu kelancaran anak dalam berbicara.
Sumber gambar : http://blog.smw.ch/wp-content/uploads/2013/12/13905_Figure1.jpg