Bisnis Budidaya Jamur Ditengah Keterbatasan Fisik
Terlahir dalam kondisi prematur membuat Asep Supriyadi memiliki kondisi fisik yang kurang sempurna. “Saya mengalami disabilitas sejak lahir. Saya terlahir prematur dengan berat 1,5 kg, ketika usia kandungan ibu saya baru menginjak 8 bulan,” ungkap Asep.
Namun dibalik keterbatasan fisik yang Ia miliki, lelaki asli Purworejo ini mampu mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya sehingga kini Ia sukses menggeluti bisnis budidaya jamur tiram sejak tahun 2007 silam.
“Awalnya di kampung saya ini ada yang budidaya jamur tiram. Kemudian saya mencoba membeli media jamur di tetangga saya dan melihat cara pembuatan media tersebut. Dari situ saya mulai mencoba berinisiatif membuat sendiri media tanam jamur, dan ternyata berhasil sampai seperti sekarang ini menjadi petani jamur tiram,” ujarnya.
Untuk mengawali bisnis budidaya jamur tiram ini, Asep mengaku tak hanya membutuhkan modal dana semata. “Dari awal usaha, selain modal uang saya juga membutuhkan modal ilmu dan aktif mengikuti organisasi atau kelompok petani jamur. Dengan bergabung di organisasi, saya bisa berbagi pengalaman dan bertukar ilmu seputar bisnis budidaya jamur. Saya hanya butuh uang Rp 1 juta untuk membuat kumbung jamur,” katanya.
Ketika ditanyakan mengenai alas an Asep memilih bisnis budidaya jamur tiram, Ia mengungkapkan bahwa potensi pasar jamur masih sangat besar. “Jamur itu sendiri merupakan produk organik yang mempunyai nilai gizi yang tinggi sehingga di pasaran harganya relatif stabil,” jelas pengusaha sukses ini.
Dari bisnis budidaya jamur tiram yang Ia jalankan saat ini, setiap harinya Asep bisa memanen jamur tiram sekitar 5-6 kg dengan harga jual Rp 12.000,00 per kilogramnya. “Untuk trend pemasaran jamur sendiri, selama ini saya rasakan relatif stabil. Entah itu musim hujan, kemarau, atau musim lebaran maupun banyak orang hajatan harganya tetap sama Rp 12.000,00/ kg,” paparnya.
Pantang menyerah dan jangan takut untuk gagal menjadi kunci sukses Asep dalam menjalankan bisnis budidaya jamur tiram. “Walaupun kondisi fisik saya memiliki kekurangan, namun saya harus bisa tetap maju dan tidak bergantung dengan orang lain. Saya tidak mau menjadi beban dan berharap belas kasihan orang lain, lebih baik saya mandiri dan bisa berguna untuk orang lain,” terang Asep ketika ditanya mengenai kunci kesuksesannya.
Bagi rekan-rekan sesama difabel, Asep berpesan untuk bisa tetap semangat dan berusaha bangkit dari keterpurukan. “Mari kita berusaha apapun itu wujudnya, kita gali potensi yang kita miliki, dan jangan mau menjadi beban orang lain. Kalaupun kita tidak bisa mengerjakan sendiri, kita bisa mempekerjakan orang lain dan memberikan manfaat bagi orang lain,” pesan Asep sekaligus mengakhiri pertemuannya dengan tim liputan Bisamandiri.com.